Sabtu, 21 Desember 2013

Amarah



Marah.....siapa yang tidak pernah marah? Setiap orang pasti pernah marah. Marah adalah sebuah reaksi emosional terhadap suatu objek, baik  berupa situasi, kondisi atau aksi. Marah merupakan ekspresi yang manusiawi. Tapi marah itu biasanya menimbulkan efek negatif bagi subyek atau objeknya.
Seorang yogi pernah berkata bahwa marah adalah salah satu dari empat pengendalian yang harus di lakukan. Yogi ini adalah guru dari swami rama. Marah menjadikan seseorang tidak melihat kebenaran dengan baik karena segala logika hati dan pikiran cendrung tertutup oleh rasa marah itu, jadi yang ada di otaknya adalah amarahnya dan bagaimana mengungkapkannya, hingga ia merasa lega dan puas. Seseorang yang marah cendrung tidak sadar dengan apa yang di katakan dan apa yang di lakukan. Biasanya akan ada penyesalan setelah itu. Amarah itu sifatnya merusak. Sehingga harus di kendalikan.
Bagaiamana mengendalikannya?  Ketika seseorang marah, merasakan emosi yang memuncak dan pikiran yang panas, seseorang biasanya langsung mengelurakannya, mengekspresikannya dan melakukan sesuatu yang menjadikan amarahnya tersalurkan dan berkata kata di luar kendalinya, yang biasanya keras, dan kasar. Dalam keadaan marah seseorang biasanya memiliki energi yang lebih, kemampuan yang tidak biasa. Misalkan jika dalam keadaan biasa seseorang takut akan kegelapan,maka ketika dalam keadaan marah seketika itu seseorang  tak akan takut lagi. Jika dalam keadaan biasa seseorang hanya mampu mengangkat beban hanya 50kg, maka dalam keadaan marah seseorang akan mampu mengangkat lebih dari biasanya, dan tentu saja itu di luar kendali dan kesadarannya, meski ada yang merasa menyadarinya, tapi dia tak lebih dari sekedar merasa. Karena hal ini lah terkadang banyak orang yang mengatakan amarah adalah sebuah energi, tapi sebenarnya bukan. Amarah itu bukan energi. Energi ya energi, marah ya marah.   jika ingin mengendalikan amarah seseorang perlu berlatih, biasanya dengan cara menghela nafas, seseorang yang rutin melakukan meditasi lebih bisa mengendalikan amarah, tapi bagi saya itu tidak lebih dari sekedar menahan amarah dari pada pengendalian. pernah dengar kan seseorang yang merasa sesak atau seseorang yang bercerita tentang apa yang di alami karena tidak bisa mengekspresikan atau melampiaskan amarahnya? saya bahkan pernah mendengar seseorang yang sampai sakit hanya karena itu. mengendalikan marah itu berbeda dengan menahan marah. jika seseorang menahan marah yang di anggap kebanyakan orang adalah mengendalikan amarah, seseorang itu sedang menampung energi yang begitu besar, dan jika tidak disalurkan akan menyebabkan kerusakan dalam jangka panjang, dan menimbulan stres dan sakit hati, bahkan pada penderita hypertensi dan jantung tidak jarang mengalami kematian hanya karena amarah. energi yang di hasilkan pada dasarnya adalah energi murni yang sangat stabil, dan setiap mahluk hidup khususnya manusia memilikinya.
jadi bagaimana? marah itu sebaik “tidak” bukan “jangan” ketika seseorang mengendalikan amarah sebenarnya dia sudah marah hanya saja ditahan dan tidak di keluarkan, inilah yang sering menjadi masalah. amarah timbul karena ada kontak indria terhadap suatu objek pemicu, kemudian di teruskan ke otak(pikiran) sehingga energi murni yang ada dalam diri seseorang itu terpicu dan bergejolak. amarah hanya produk pikiran akibat adanya kontak indria terhadap obyek luar. akibat dari kontak ini pikiran memproduksi begitu banyak reaksi, salah satunya adalah amarah, semua reaksi yang sifatnya ekstrim akan memicu energi yang yang ada dalam diri, dan amarah salah satunya, sehingga energi itu keluar dalam wujud amarah, tapi bukan berarti amarah itu adalah energi, tapi energi itu seolah olah bertransformasi sebagai amarah, sehingga banyak pihak yang mengklaim amarah itu adalah energi, padahal amarah dan energi itu berbeda, amarah tidak lebih hanya sebuah kedok semata.
jika inpuls yang di terima indria tidak sampai di teruskan ke otak (pikiran) maka pikiran tidak akan menerima informasi apapun dari luar, sehingga pikiran tidak akan memproduksi reaksi apapun juga yang biasanya di hasilkan pikiran jika indria ada kontak dengan objek luar, termasuk amarah. dalam kondisi seperti inilah seseorang dikatakan mampu mengendalikan marahnya dalam arti tidak marah dan bukan marah. jadi inilah maksud dari konsep “tidak” dan bukan “jangan”. dan inilah alasan kanapa saya katakan amarah itu bukan energi. energi adalah sifatnya murni dan universal berasal dari dalam diri serta permanent energi ini akan tetap ada bahkan ketika seseorang meninggal, energi ini akan  menyatu dengan energi murni alam semesta. sedangkan amarah adalah sebuah reaksi yang di produksi oleh pikiran akibat dari kontak indria dengan objek yang berada di luar. amarah sifatnya negatif, relatif dan dinamis. bagi seorang yang telah mampu bersahabt dengan pikirannya, maka dia akan mampu memilih untuk marah atau tidak dan tidak menjadi terpengaruh oleh amarah itu sendiri, dan dia mampu memanage amarah menjadi sesuatu yang positif. pada dasarnya amarah, bahagia, suka dan duka serta rasa yang lainnya adalah sama, sama – sama produk pikiran, yang membedakannya adalah inpuls dan objek yang menjadi pemicunya. contohnya jika objeknya negeselin dan di luar dari keinginan maka reaksi yang akan di timbulkan adalah amarah, sebaliknya jika obyek yang dinikmati oleh indria adalah sesuatu yang menyenangkan maka reaksi yang di timbulkan adalah senang dan bahagia dan begitu seterusnya. jadi amarah itu bukanlah energi, dan cara mengendalikan amarah adalah dengan tidak marah dalam artian kita tidak terpengaruh oleh reaksi luar tentu saja kita harus bersahabat terlebih dahulu dengan pikiran._

Kematian dan Sesuatu Dibaliknya



Om Svargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu
“Om Ksama Sampurnaya Nama Swaha”
Artinya :
ya Tuhan yang maha kuasa, semogalah arwah yang meninggal. mendapat surga, manunggal dengan_Mu, mencapai keheningan tanpa derita.
Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunan_Mu.
Tahu kan mantra di atas? ya mantra ini adalah mantra untuk orang yang meninggal, setiap mendengar atau melayat untuk seseorang yang meninggal, maka sebaiknya mengucapkan mantra ini. ada begitu banyak pengalaman yang saya alami dengan yang namanya kematian, tapi bukan saya sendiri yang mati_. sampai saya mendapat inspirasi untuk menulis tulisan ini. kematian adalah sebuah kenyataan yang  ternyata sangat di takuti, bahkan mungkin lebih di takuti dari pada Tuhan (meski Tuhan itu tak perlu di takuti), saya pernah bergurau dengan teman-teman ketika sedang berkumpul, ketika seseorang teman yang bercerita tentang mimpinya, dimana dia bermimpi  dia mati, dia bercerita dengan penuh ekspresi  yang memperlihatkan betapa takutnya dia dengan kematian. kemudia saya mulai bergurau. “ kamu takut mati ya? knapa juga takut mati? kayak pernah mati aja? kayak pernah tau aja mati itu seperti apa?” teman-teman saya langsung merungut dan berkerut dahi, dan saya hanya tertawa saja.
ketika mendengar seseorang yang meninggal, kita wajib mendoakannya paling tidak kita mengucapkan mantra di atas, hari ini kita mengucapkan mantra itu untuk seseorang dan mendoakannya, maka suatu hari nanti orang lain akan melakukannya untuk kita. inilah pembelajarannya, dan para yogi selalu memakai abu di tubuh mereka untuk selalu mengingatkan mereka bahwa suatu saat nanti mereka akan menjadi abu, sama seperti yang lain, sehingga mereka memahami dan menyadari semua di alam raya ini adalah sama, tak ada gunanya ego, ego hanya menjadikan kita semakin dalam tenggelam dalam maya. tak ada yang perlu di banggakan dan di sombong-sombongkan di dunia, karena pada kenyataan dunia ini juga akan berakhir suatu saat, semua hanya mimpi semata. lalu apa yang hendak di sombongkan, apa yang mau di banggakan, jika demikian kenapa tidak mulai mengembangkan sikap lebih mengahargai  dan menghormati segala sesuatunya tanpa kecuali terutama sesama manusia. dalam kitab suci Bhagavad Gita di jelaskan bahwa semua yang lahir pasti akan mati. lalu kenapa harus takut mati, mati hanya seperti mengganti pakean lama dengan yang baru. mati adalah sebuah kebahagiaan yang kualitasnya lebih dari kebahagiaan pada umumnya yang di kenal manusia. kematian bukan untuk di takuti, tapi untuk di pahami, demi kualitas hidup yang lebih baik, baik untuk pikiran dan sisi spiritual.
dalam Brahma widia di jelaskan, bagaimana dan apa yang di sebut mati. jadi begini, tubuh manusia itu terdiri dari 7 (tujuh) lapisan yang di sebut dengan sapta sarira, lapisan pertama adalah stula sarira atau badan kasar dan yang kedua adalah maya sarira atau badan maya atau badan pikiran kasar. di antara kedua lapisan badan ini terdapat benang penghubung yang berwarna merah yang di sebut benang suratman/sutratman. benang inilah yang masih menjalin kedua lapisan badan ini sehingga seorang manusia masih bisa di katakan hidup. Mati adalah ketika benang penghubung kedua lapisan badan ini terputus. sehingga seluruh lapisan badan yaitu sapta sarira tersebut akan kembali pada sumbernya masing-masing. badan kasar kembali pada panca mahabhuta begitu juga dengan yang lainnya.
ini dia sapta sarira menurut brahma vidya:
1.      sthula sarira, badan kasar, tubuh.
2.      maya sarira, sama dengan badan halus, badan ini dapat pergi jauh menembus ruang dan waktu bersama dengan manas, dengan tetap berhubungan dengan badan kasar melalui benang sutratman sebagai penghubung. lapisan ini kan tetap eksis di dekat maya sarira ketika seseorang telah meninggal, sebelum badan kasar itu benar benar lebur bersatu dengan panca maha butha. dan ini lah yang sering di sebut hantu kuburan, atau yang dalam budaya indonesia sering disebut dengan pocong, kuntilanak, setan, dan semacamnya. jadi semua hantu yang sering di takuti hanya bersifat bayangan dari badan kasar yang sudah mati, ketika badan kasar telah lebur menjadi satu dengan unsur-unsur dasarnya maka dengan sendirinya maya sarira ini akan lenyap. inilah yang menjadi alasan dalam tradisi hindu ketika seseorang meninggal, mayatnya dikremasi sehingga lebih cepat bdan kasar kembali ke unsur dasarnya, sehingga maya sarira lebih cepat kembali ke unsurnya pula. dengan mengetahui ini maka sudah seharusnya seseorang tidak perlu takut lagi terhadap kehadiran maya sarira.
3.      prana sarira. sama dengan nafas, nafas yang lebih halus, tenaga hidup setiap mahluk hidup. bagi seorang tantrik akan menggunakan tenaga ini atau lapisan badan ini untuk membakitkan kekuatan yang tertidur atau sering di sebut dengan kundalini. bahkan seorang yogi dengan memanfaatkan energi prana mampu untuk tidak makan seumur hidup di mulai dari waktu dia memanfaatkan energi ini.
4.      manas sarira, merupakan kedudukan segala keinginan dan nafsu. jika seseorang marah atau bahagia atau yang lainnya, maka disinilah pusatnya. ketika panca indra mengalami kontak atau interaksi dengan objek luar maka reaksi yang akan timbul, apakah itu, sakit hati, marah, sabar, sedih dan lain sebagainya, di putuskan disini sebelum akhirnya dsalurkan keluar, dalam bentuk ekspresi. lapisan ini mampu menjelajah keluar menembus ruang dan waktu pada saat seseorang tertidur atau dalam keadaan tidak sadar lainnya. sehingga seseorang terkadang merasa pernah merasakan atau mengalami suatu kejadian sebelumnya (de javu). para yogi yang hebat menggunakan lapisan badan ini dan lapisan maya sarira untuk sengaja menjelah ruang dan waktu atau ke alam lain dengan penuh kesadaran.
5.      karana sarira,ini adalah lapisan dimana seseorang terikat dengan Hukum karma, pada lapisan ini  dualitas benar benar eksis. lapisan ini merupakan benih dari perjalanan hidup seseorang selanjutnya, pada lapisan inilah yang namanya karma wasana eksis. surga dan neraka juga eksis dalam alam ini.
6.      Budhi sarira, ini adalah apa yang sering di sebut hati nurani, yang tak pernah salah, dimana lapisan ini mengidentifikasi baik dan buruk. dan segala kebijaksanaan.
7.       antah karana sarira, ini adalah lapisan Tuhan, pusat hidup dari seluruh sarira yang ada.
dengan mengetahui ini tentu tidak ada lagi ketakutan dengan kematian, kematian tidak menjadikan ada yang hilang, semua yang ada tidak pernah akan tidak ada dan yang tidak ada tidak pernah akan ada. kematian hanyalah perubahan bentuk dan proses kembali kebentuk semula. ketika mati, maka badan kasar akan terurai kembali pada unsur dasar yang membentuknya yaitu panca mahabhuta, nafas kembali ke angin atau udara, daging kembali ke tanah, tulang kembali ke batu, darah dan semua bentuk cairan tubuh kembali ke air, dan begitu juga dengan yang lainnya, kembali ke wujud semula. mati berarti melepaskan badan yang sudah usang untuk menggunakan kembali badan yang baru. dengan begitu lantas apa lagi yang ditakuti atas kematian.?