Marah.....siapa yang tidak pernah
marah? Setiap orang pasti pernah marah. Marah adalah sebuah reaksi emosional
terhadap suatu objek, baik berupa
situasi, kondisi atau aksi. Marah merupakan ekspresi yang manusiawi. Tapi marah
itu biasanya menimbulkan efek negatif bagi subyek atau objeknya.
Seorang yogi pernah berkata bahwa
marah adalah salah satu dari empat pengendalian yang harus di lakukan. Yogi ini
adalah guru dari swami rama. Marah menjadikan seseorang tidak melihat kebenaran
dengan baik karena segala logika hati dan pikiran cendrung tertutup oleh rasa
marah itu, jadi yang ada di otaknya adalah amarahnya dan bagaimana
mengungkapkannya, hingga ia merasa lega dan puas. Seseorang yang marah cendrung
tidak sadar dengan apa yang di katakan dan apa yang di lakukan. Biasanya akan
ada penyesalan setelah itu. Amarah itu sifatnya merusak. Sehingga harus di
kendalikan.
Bagaiamana mengendalikannya? Ketika seseorang marah, merasakan emosi yang
memuncak dan pikiran yang panas, seseorang biasanya langsung mengelurakannya,
mengekspresikannya dan melakukan sesuatu yang menjadikan amarahnya tersalurkan
dan berkata kata di luar kendalinya, yang biasanya keras, dan kasar. Dalam
keadaan marah seseorang biasanya memiliki energi yang lebih, kemampuan yang
tidak biasa. Misalkan jika dalam keadaan biasa seseorang takut akan
kegelapan,maka ketika dalam keadaan marah seketika itu seseorang tak akan takut lagi. Jika dalam keadaan biasa
seseorang hanya mampu mengangkat beban hanya 50kg, maka dalam keadaan marah
seseorang akan mampu mengangkat lebih dari biasanya, dan tentu saja itu di luar
kendali dan kesadarannya, meski ada yang merasa menyadarinya, tapi dia tak
lebih dari sekedar merasa. Karena hal ini lah terkadang banyak orang yang
mengatakan amarah adalah sebuah energi, tapi sebenarnya bukan. Amarah itu bukan
energi. Energi ya energi, marah ya marah.
jika ingin mengendalikan amarah seseorang perlu berlatih, biasanya
dengan cara menghela nafas, seseorang yang rutin melakukan meditasi lebih bisa
mengendalikan amarah, tapi bagi saya itu tidak lebih dari sekedar menahan
amarah dari pada pengendalian. pernah dengar kan seseorang yang merasa sesak
atau seseorang yang bercerita tentang apa yang di alami karena tidak bisa
mengekspresikan atau melampiaskan amarahnya? saya bahkan pernah mendengar
seseorang yang sampai sakit hanya karena itu. mengendalikan marah itu berbeda
dengan menahan marah. jika seseorang menahan marah yang di anggap kebanyakan
orang adalah mengendalikan amarah, seseorang itu sedang menampung energi yang
begitu besar, dan jika tidak disalurkan akan menyebabkan kerusakan dalam jangka
panjang, dan menimbulan stres dan sakit hati, bahkan pada penderita hypertensi
dan jantung tidak jarang mengalami kematian hanya karena amarah. energi yang di
hasilkan pada dasarnya adalah energi murni yang sangat stabil, dan setiap
mahluk hidup khususnya manusia memilikinya.
jadi bagaimana? marah itu sebaik
“tidak” bukan “jangan” ketika seseorang mengendalikan amarah sebenarnya dia
sudah marah hanya saja ditahan dan tidak di keluarkan, inilah yang sering
menjadi masalah. amarah timbul karena ada kontak indria terhadap suatu objek
pemicu, kemudian di teruskan ke otak(pikiran) sehingga energi murni yang ada
dalam diri seseorang itu terpicu dan bergejolak. amarah hanya produk pikiran
akibat adanya kontak indria terhadap obyek luar. akibat dari kontak ini pikiran
memproduksi begitu banyak reaksi, salah satunya adalah amarah, semua reaksi
yang sifatnya ekstrim akan memicu energi yang yang ada dalam diri, dan amarah
salah satunya, sehingga energi itu keluar dalam wujud amarah, tapi bukan
berarti amarah itu adalah energi, tapi energi itu seolah olah bertransformasi
sebagai amarah, sehingga banyak pihak yang mengklaim amarah itu adalah energi,
padahal amarah dan energi itu berbeda, amarah tidak lebih hanya sebuah kedok
semata.
jika inpuls yang di terima indria
tidak sampai di teruskan ke otak (pikiran) maka pikiran tidak akan menerima
informasi apapun dari luar, sehingga pikiran tidak akan memproduksi reaksi
apapun juga yang biasanya di hasilkan pikiran jika indria ada kontak dengan
objek luar, termasuk amarah. dalam kondisi seperti inilah seseorang dikatakan
mampu mengendalikan marahnya dalam arti tidak marah dan bukan marah. jadi
inilah maksud dari konsep “tidak” dan bukan “jangan”. dan inilah alasan kanapa
saya katakan amarah itu bukan energi. energi adalah sifatnya murni dan
universal berasal dari dalam diri serta permanent energi ini akan tetap ada
bahkan ketika seseorang meninggal, energi ini akan menyatu dengan energi murni alam semesta.
sedangkan amarah adalah sebuah reaksi yang di produksi oleh pikiran akibat dari
kontak indria dengan objek yang berada di luar. amarah sifatnya negatif,
relatif dan dinamis. bagi seorang yang telah mampu bersahabt dengan pikirannya,
maka dia akan mampu memilih untuk marah atau tidak dan tidak menjadi
terpengaruh oleh amarah itu sendiri, dan dia mampu memanage amarah menjadi
sesuatu yang positif. pada dasarnya amarah, bahagia, suka dan duka serta rasa
yang lainnya adalah sama, sama – sama produk pikiran, yang membedakannya adalah
inpuls dan objek yang menjadi pemicunya. contohnya jika objeknya negeselin dan
di luar dari keinginan maka reaksi yang akan di timbulkan adalah amarah,
sebaliknya jika obyek yang dinikmati oleh indria adalah sesuatu yang
menyenangkan maka reaksi yang di timbulkan adalah senang dan bahagia dan begitu
seterusnya. jadi amarah itu bukanlah energi, dan cara mengendalikan amarah
adalah dengan tidak marah dalam artian kita tidak terpengaruh oleh reaksi luar
tentu saja kita harus bersahabat terlebih dahulu dengan pikiran._