Sabtu, 26 Oktober 2013

Karma Phala dan Takdir



Hindu adalah agama yang universal itu berarti Agama Hindu memiliki ajaran kebenaran yang dapat di terima oleh umum tak kecuali. Menurut  wiwekananda Hindu di katakan  universal karena Hindu mampu  memuaskan setiap jenis pikiran manusia. Pada dasarnya manusia memiliki pemikiran pemikiran hanya untuk kepuasannya saja, bahkan segala bentuk atribut kepercayaannya hanya untuk kepuasan keyakinannya saja. Demokrasi adalah salah satu wujud universalitas Hindu. Hindu adalah sebuah keyakinan dengan toleransi dan demokrasi yang tinggi, ini karena dalam ajaran Hindu terdapat konsep karma dan karmaphala yaitu perbuatan dan hasil dari perbuatan. Dalam Hindu di ajarkan bahwasanya apapun yang seseorang perbuat baik atau buruk maka sesorang itu akan mendapatkan hasil dari perbuatannya itu dan itu tanpa campur tangan orang lain bahkan Tuhan sendiri, itulah konsep karmaphala. Konsep ini merupakan etos kerja tinggi. Inilah yang tidak terdapat dalam ajaran agama rumpun abrahamik (islam dan kristen).
Konsep karmaphala mendukung demokrasi dalam Hindu, dalam Hindu tidak ada keharusan, teramasuk keharusan memepercayai Tuhan. Seseorang boleh saja skeptikal, atau memiliki sikap tidak percaya bahkan terhadap eksistensi Tuhan, semua itu dalam Hindu tidak dilarang, yang dalam agama lain mungkin saja akan di kenakan sanksi sosial. Tapi dalam Hindu tidak, dalam Bhagavad Gita di jelaskan jalan apapun yang seseorang tempuh dan apapun yang seseorang puja sebenarnya mereka hanya memuja Tuhan. Dalam Hindu setiap pemikiran manusia di hargai dan di apresiasi, bahkan sikap skeptikal. Dalam Hindu terdapat ajaran tri prmana atau tiga jalan untuk memperoleh kebenaran yaitu anumana prmana adalah cara mendapatkan kebenaran dengan menyimpulkan dari gejala - gejala yang nampak, Yang kedua adalah pratyaksa pramana adalah cara memperoleh kebenaran dengan cara melakukan eksperimen dan pengalaman, yang terakhir yaitu agama pramana. Agama pramana adalah cara mendapatkan kebenaran dengan melalui mempelajari agama dalam hal ini adalah ajaran agama dan kitab suci atau melalui pembelajaran yang di berikan oleh Guru.
Dalam ajaran Agama Hindu ada tingkatan dalam memahami suatu obyek tertentu, masing – masing individu  tentu memiliki pemahaman yang berbeda sesuai dengan kapasitas mereka serta pengalaman mereka juga, ini erat kaitannya dengan nilai – nilai spiritual yang terkandung dalam kitab suci Agama Hindu tidak hanya di sampaikan dengan tertulis akan tetapi juga lebih pada tersirat, sehingga setiap individu dikondisikan untuk tidak sekedar memahami apa yang tersurat akan tetapi juga mampu menangkap makna yang tersirat di balik kata – kata yang terbaca, untuk itu di perlukan kemampuan menalar dan memahami yang baik sehingga tak terjadi kesalahan dalam memahami, dan kerena alasan ini pula dalam kitab veda di jelaskan bahwa veda takut di baca oleh orang bodoh.
Kaitannya dengan tahapan atau tangga pemahaman yang berbeda, penulis bermaksud untuk mengungkapkan bahwa tidak hanya karma yang eksis dalam kehidupan manusia, tapi juga takdir. Bahkan pada kenyataan yang sebenarnya bahwa karmaphalalah yang sebenarnya hanya merupakan fatamorgana. Karmaphala hanya eksis dalam kesadaran prakerti sedangkan dalam kesadaran yang lebih tinggi Karma Phala tidak lah eksis selain hanya merupakan rangkaian pendukung berjalannya takdir dan terciptnya nasib manusia.
Pada dasarnya dalam Hindu belum pernah di ajarkan bagaimana itu takdir, atau apa takdir itu. Bahkan sepanjang sepengetahuan penulis dari pengalaman membaca, belum pernah di temukan penjelasan yang membahas tentang takdir dan nasib. Bahkan semasa sekolah sampai pada perguruan tinggi saat ini, penulis selalu mendengar penjelasan “dalam Hindu tidak ada takdir dan nasib! Yang ada itu adalah karma dan Karma Phala”  bahkan sebuah kitab sarassamuscaya dalam selokanya menjelaskan bahwa terlahir menjaadi manusia sungguh sanggat beruntung, karena hanya dengan terlahir menjadi manusia seseorang dapat membantu dirinya sendiri, hingga sampai pada pembebasan, dan ini, menurut penulis, mengindikasikan bahwasanya manusia dengan segala sepesifikasinya tanpa kecuali, memiliki hak untuk menentukan kehidupannya sendiri (free will). Bagaiamanapun masa depan kehidupan manusia di tentukan oleh manusia itu sendiri. Gejala ini menurut penulis jelas mengarah ke pemahaman Hindu tentang konsep karma dan Karma Phala, dimana konsep karma dan Karma Phala mengajarkan sebuah sistem kerja yang bertanggung jawab dan profesional dan sportif. Bertanggung jawab, karena karma dan Karma Phala merupakan konsep hukum sebab akibat, baik di lakukan maka baik pula yang di terima. Begitu juga sebaliknya. Profesional dan sportif karena karma dan karmaphala merupakan konsep etos kerja yang tinggi. Dalam kitab Bhagavad Gita di jelaskan bahwa apapun yang manusia kerjakan jika di persembahkan kepada  Tuhan maka itu akan menjadi yajna yang tinggi, dijelaskan juga bahwa karma merupakan salah satu jalan(marga) untuk mendekatkan diri dengan Tuhan( karma marga yoga) selain itu prisip Karma adalah bekerjalah dengan baik dan serahkan apapun hasilnya kepada Tuhan jangan terikat padanya (hasil kerja_red_). Jika dengan begitu maka apapun yang di kerjakan maka akan di kerjakan dengan baik dan jujur, jika seorang pejabat maka pejabat itu akan bekerja menjalankan segala tanggung jawabnya dengan penuh loyalitas dan integritas tinggi. Jauh dari yang namanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Begitu juga dengan yang lainnya seperti pedangang, atlit pelajar dan sebagainya. Jika berpatokan dengan konsep karma maka semuanya akan berjalan sesuai dengan aturan yang benar (Dharma)
Takdir adalah sebuah takaran pasti yang di berikan oleh Tuhan kepada manusia begitu juga dengan nasib, dalam konsep takdir manusia tidak bisa menentukan  kehidupannya dengan bebas seperti yang di jelaskan pada konsep karma dan karmaphala. Bertolak belakang dengan karma dan karmaphala dalam konsep takdir kehidupan manusia dari lahir sampai mati dan terlahir kembali itu di tentukan oleh Tuhan(Takdir) dan tentu saja tidak ada free will, manusia tidak bisa menentukan masa depan mereka sendiri.(sampai disini, saya yakin anda yang membaca tidak setuju dengan kosep ini. J.) hal ini diklaim oleh kebanyakan masyarakat Hindu sebagai ketidak adilan Tuhan sehingga masyarakat Hindu tidak setuju dengan konsep takdir. Mereka lebih mengusung konsep Karma Phala. Karena Karma Phala di nilai lebih bertanggung jawab, dan lebih memperlihatkan keadilan Tuhan. Lalu yang manakah yang seharusnya benar? dan yang mana seharusnya menjadi kebenaran yang layak untuk di usung? semuanya adalah benar dan semuanya juga layak menjadi kebenaran yang di usung, ini semua karena semua kebenaran itu relatif berdasarkan dari tangga di mana kebenaran itu berada.  jika pada tataran etika maka tentu karma yang benar tapi jika pada tataran filsafat maka keduanya benar adanya. karena keduanya eksis bersamaan. seperti halnnya ombak dan air laut. ketika anda melihat air laut, apa yang anda lihat? ombak atau air laut?  kebanyakan memang melihat ombak, tapi sebenarnya anda sedang melihat hanya air laut, sedangkan ombaknya hanya air laut yang sedang bergerak sedikit ekstrim dari air laut yang lain. seperti itulah karma dan takdir. karma merupakan ombak yang bersal dari takdir.  Takdir merupakan bentuk kemahakuasaan Tuhan. Semua sudah berjalan sesuai Keinginannya, masa lalu, masa sekarang, dan masa depan itu sudah ada. jauh sebelum kita lahir. semua sudah ada. itulah alasan kenapa seorang peramal atau seorang yogi dan praktisi sepiritual yang mumpuni mampu melihat masa depan, karena memang masa depan itu sudah ada, jika tidak bagaimana mereka bisa melihat masa depan?
Takdir, eksistensinya telah sering di jelaskan dalam upanisad, purana dan itihasa. suatu ketika Dewi Drupadi pernah mengunjungi  Maharsi Byasa yang sedang menulis kisah Mahabharata, di bawah pohon. Drupadi bertanya bagaimana caranya hingga dia tidak menjadi penyebab dari perang saudara yang nantinya di kenal dengan perang bharata yudha, kemudian Byasa memberi tahunya tiga syarat yang harus Drupadi taati jika dia tida mau menjadi penyebab utama perang. yang pertama, ketika terjadinya sayembara tahanlah pertanyaanmu, kedua ketika kau dan suamimu ada dalam puncak kejayaan tahanlah amarahmu dan yang ketiga, ketika kau di hina dalam permainan judi tahanlah kutukanmu. Kenapa Maharsi Byasa bisa memberi tahu Drupadi tiga syarat itu? itu karena Beliau bisa melihat masa depan, dan bagaiamana beliau bisa melihat masa depan? itu karena memang masa depan itu sudah ada. sekarang ketika Drupadi telah di beritahu ketiga syarat itu mestinya Drupadi bisa mencegah perang Bharata Yudha itu dan Tidak menjadi penyebabnya. Namun apa yang terjadi, perang besar itu tetap terjadi. knapa? karena takdir. Karena takdir juga kanapa byasa menulis cerita sebelum cerita sebenarnya benar benar terjadi dalam kehidupan nyata.
Suatu hari Rsi Agastya bersama sahabatnya, datang mengunjungi ibu dari shankara, beliau membujuk sang ibu agar memberi ijin pada shankara untuk tidak menikah dan melakukan perjalanan spirtualnya, namun sang ibu tetap menolak. Hingga sang Rsi harus menjalankan perannya untuk berubah menjadi buaya dan berpura pura menggigit kaki shankara ketika sahankara mandi di sungai dengan begitulah sang ibu memberi ijin kepada shankara untuk tidak menikah dan melakukan perjalanan spritualnya. sebelum melakukan tugasnya Rsi Agastya berkata pada temannya “ aku malas jika hars melakukannya” sahabatnya menjawab “tapi kau harus tetap melakukan peranmu”. Itulah takdir, tidak ada  keinginan pribadi, semua berjalan atas kehendak Tuhan.  Takdirlah yang membuat terjadinya perang, bahkan Narayana sendiri turun untuk mencegahnya, namun gagal. itulah takdir, itulah kehendak Tuhan, itulah salah satu sifat Tuhan Yang Mahakuasa.

4 komentar:

  1. APAKAH MANUSIA ITU DI ATUR DENGAN TAKDIRNYA SENDIRI

    DAN BAGAIMANA MANUSIA BISA MENGHINDARI TAKDIR

    BalasHapus
  2. Kalau manusia di atur takdirnya lalu untuk apa kita berdoa

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Jika cerita sudah di tetapkan knapa manusia yg harus menanggung karmanya, apakah tuhan sebercanda itu

    BalasHapus