Hindu
adalah agama yang universal itu berarti Agama Hindu memiliki ajaran kebenaran
yang dapat di terima oleh umum tak kecuali. Menurut wiwekananda Hindu di katakan universal karena Hindu mampu memuaskan setiap jenis pikiran manusia. Pada
dasarnya manusia memiliki pemikiran pemikiran hanya untuk kepuasannya saja,
bahkan segala bentuk atribut kepercayaannya hanya untuk kepuasan keyakinannya
saja. Demokrasi adalah salah satu wujud universalitas Hindu. Hindu adalah
sebuah keyakinan dengan toleransi dan demokrasi yang tinggi, ini karena dalam
ajaran Hindu terdapat konsep karma dan karmaphala yaitu perbuatan dan hasil
dari perbuatan. Dalam Hindu di ajarkan bahwasanya apapun yang seseorang perbuat
baik atau buruk maka sesorang itu akan mendapatkan hasil dari perbuatannya itu
dan itu tanpa campur tangan orang lain bahkan Tuhan sendiri, itulah konsep
karmaphala. Konsep ini merupakan etos kerja tinggi. Inilah yang tidak terdapat
dalam ajaran agama rumpun abrahamik (islam dan kristen).
Konsep
karmaphala mendukung demokrasi dalam Hindu, dalam Hindu tidak ada keharusan,
teramasuk keharusan memepercayai Tuhan. Seseorang boleh saja skeptikal, atau memiliki
sikap tidak percaya bahkan terhadap eksistensi Tuhan, semua itu dalam Hindu
tidak dilarang, yang dalam agama lain mungkin saja akan di kenakan sanksi
sosial. Tapi dalam Hindu tidak, dalam Bhagavad Gita di jelaskan jalan apapun
yang seseorang tempuh dan apapun yang seseorang puja sebenarnya mereka hanya
memuja Tuhan. Dalam Hindu setiap pemikiran manusia di hargai dan di apresiasi,
bahkan sikap skeptikal. Dalam Hindu terdapat ajaran tri prmana atau tiga jalan
untuk memperoleh kebenaran yaitu anumana
prmana adalah cara mendapatkan kebenaran dengan menyimpulkan dari gejala -
gejala yang nampak, Yang kedua adalah pratyaksa
pramana adalah cara memperoleh kebenaran dengan cara melakukan eksperimen
dan pengalaman, yang terakhir yaitu agama pramana. Agama pramana adalah cara mendapatkan kebenaran dengan melalui
mempelajari agama dalam hal ini adalah ajaran agama dan kitab suci atau melalui
pembelajaran yang di berikan oleh Guru.
Dalam
ajaran Agama Hindu ada tingkatan dalam memahami suatu obyek tertentu, masing –
masing individu tentu memiliki pemahaman
yang berbeda sesuai dengan kapasitas mereka serta pengalaman mereka juga, ini
erat kaitannya dengan nilai – nilai spiritual yang terkandung dalam kitab suci
Agama Hindu tidak hanya di sampaikan dengan tertulis akan tetapi juga lebih
pada tersirat, sehingga setiap individu dikondisikan untuk tidak sekedar
memahami apa yang tersurat akan tetapi juga mampu menangkap makna yang tersirat
di balik kata – kata yang terbaca, untuk itu di perlukan kemampuan menalar dan
memahami yang baik sehingga tak terjadi kesalahan dalam memahami, dan kerena
alasan ini pula dalam kitab veda di jelaskan bahwa veda takut di baca oleh
orang bodoh.
Kaitannya
dengan tahapan atau tangga pemahaman yang berbeda, penulis bermaksud untuk
mengungkapkan bahwa tidak hanya karma yang eksis dalam kehidupan manusia, tapi
juga takdir. Bahkan pada kenyataan yang sebenarnya bahwa karmaphalalah yang
sebenarnya hanya merupakan fatamorgana. Karmaphala hanya eksis dalam kesadaran
prakerti sedangkan dalam kesadaran yang lebih tinggi Karma Phala tidak lah
eksis selain hanya merupakan rangkaian pendukung berjalannya takdir dan
terciptnya nasib manusia.
Pada
dasarnya dalam Hindu belum pernah di ajarkan bagaimana itu takdir, atau apa
takdir itu. Bahkan sepanjang sepengetahuan penulis dari pengalaman membaca,
belum pernah di temukan penjelasan yang membahas tentang takdir dan nasib.
Bahkan semasa sekolah sampai pada perguruan tinggi saat ini, penulis selalu
mendengar penjelasan “dalam Hindu tidak ada takdir dan nasib! Yang ada itu
adalah karma dan Karma Phala” bahkan
sebuah kitab sarassamuscaya dalam selokanya menjelaskan bahwa terlahir menjaadi
manusia sungguh sanggat beruntung, karena hanya dengan terlahir menjadi manusia
seseorang dapat membantu dirinya sendiri, hingga sampai pada pembebasan, dan ini,
menurut penulis, mengindikasikan bahwasanya manusia dengan segala
sepesifikasinya tanpa kecuali, memiliki hak untuk menentukan kehidupannya
sendiri (free will). Bagaiamanapun
masa depan kehidupan manusia di tentukan oleh manusia itu sendiri. Gejala ini
menurut penulis jelas mengarah ke pemahaman Hindu tentang konsep karma dan Karma
Phala, dimana konsep karma dan Karma Phala mengajarkan sebuah sistem kerja yang
bertanggung jawab dan profesional dan sportif. Bertanggung jawab, karena karma
dan Karma Phala merupakan konsep hukum sebab akibat, baik di lakukan maka baik
pula yang di terima. Begitu juga sebaliknya. Profesional dan sportif karena
karma dan karmaphala merupakan konsep etos kerja yang tinggi. Dalam kitab
Bhagavad Gita di jelaskan bahwa apapun yang manusia kerjakan jika di
persembahkan kepada Tuhan maka itu akan
menjadi yajna yang tinggi, dijelaskan juga bahwa karma merupakan salah satu
jalan(marga) untuk mendekatkan diri dengan
Tuhan( karma marga yoga) selain itu
prisip Karma adalah bekerjalah dengan baik dan serahkan apapun hasilnya kepada
Tuhan jangan terikat padanya (hasil kerja_red_). Jika dengan begitu maka apapun
yang di kerjakan maka akan di kerjakan dengan baik dan jujur, jika seorang
pejabat maka pejabat itu akan bekerja menjalankan segala tanggung jawabnya
dengan penuh loyalitas dan integritas tinggi. Jauh dari yang namanya korupsi,
kolusi dan nepotisme. Begitu juga dengan yang lainnya seperti pedangang, atlit
pelajar dan sebagainya. Jika berpatokan dengan konsep karma maka semuanya akan
berjalan sesuai dengan aturan yang benar (Dharma)
Takdir
adalah sebuah takaran pasti yang di berikan oleh Tuhan kepada manusia begitu
juga dengan nasib, dalam konsep takdir manusia tidak bisa menentukan kehidupannya dengan bebas seperti yang di
jelaskan pada konsep karma dan karmaphala. Bertolak belakang dengan karma dan
karmaphala dalam konsep takdir kehidupan manusia dari lahir sampai mati dan
terlahir kembali itu di tentukan oleh Tuhan(Takdir) dan tentu saja tidak ada
free will, manusia tidak bisa menentukan masa depan mereka sendiri.(sampai disini, saya yakin anda yang
membaca tidak setuju dengan kosep ini. J.) hal ini
diklaim oleh kebanyakan masyarakat Hindu sebagai ketidak adilan Tuhan sehingga
masyarakat Hindu tidak setuju dengan konsep takdir. Mereka lebih mengusung
konsep Karma Phala. Karena Karma Phala di nilai lebih bertanggung jawab, dan
lebih memperlihatkan keadilan Tuhan. Lalu yang manakah yang seharusnya benar?
dan yang mana seharusnya menjadi kebenaran yang layak untuk di usung? semuanya
adalah benar dan semuanya juga layak menjadi kebenaran yang di usung, ini semua
karena semua kebenaran itu relatif berdasarkan dari tangga di mana kebenaran
itu berada. jika pada tataran etika maka
tentu karma yang benar tapi jika pada tataran filsafat maka keduanya benar
adanya. karena keduanya eksis bersamaan. seperti halnnya ombak dan air laut.
ketika anda melihat air laut, apa yang anda lihat? ombak atau air laut? kebanyakan memang melihat ombak, tapi
sebenarnya anda sedang melihat hanya air laut, sedangkan ombaknya hanya air
laut yang sedang bergerak sedikit ekstrim dari air laut yang lain. seperti
itulah karma dan takdir. karma merupakan ombak yang bersal dari takdir. Takdir merupakan bentuk kemahakuasaan Tuhan.
Semua sudah berjalan sesuai Keinginannya, masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan itu sudah ada. jauh sebelum kita lahir. semua sudah ada. itulah alasan
kenapa seorang peramal atau seorang yogi dan praktisi sepiritual yang mumpuni
mampu melihat masa depan, karena memang masa depan itu sudah ada, jika tidak
bagaimana mereka bisa melihat masa depan?
Takdir,
eksistensinya telah sering di jelaskan dalam upanisad, purana dan itihasa.
suatu ketika Dewi Drupadi pernah mengunjungi Maharsi Byasa yang sedang menulis kisah Mahabharata,
di bawah pohon. Drupadi bertanya bagaimana caranya hingga dia tidak menjadi
penyebab dari perang saudara yang nantinya di kenal dengan perang bharata
yudha, kemudian Byasa memberi tahunya tiga syarat yang harus Drupadi taati jika
dia tida mau menjadi penyebab utama perang. yang pertama, ketika terjadinya
sayembara tahanlah pertanyaanmu, kedua ketika kau dan suamimu ada dalam puncak
kejayaan tahanlah amarahmu dan yang ketiga, ketika kau di hina dalam permainan
judi tahanlah kutukanmu. Kenapa Maharsi Byasa bisa memberi tahu Drupadi tiga
syarat itu? itu karena Beliau bisa melihat masa depan, dan bagaiamana beliau
bisa melihat masa depan? itu karena memang masa depan itu sudah ada. sekarang
ketika Drupadi telah di beritahu ketiga syarat itu mestinya Drupadi bisa
mencegah perang Bharata Yudha itu dan Tidak menjadi penyebabnya. Namun apa yang
terjadi, perang besar itu tetap terjadi. knapa? karena takdir. Karena takdir
juga kanapa byasa menulis cerita sebelum cerita sebenarnya benar benar terjadi
dalam kehidupan nyata.
Suatu
hari Rsi Agastya bersama sahabatnya, datang mengunjungi ibu dari shankara,
beliau membujuk sang ibu agar memberi ijin pada shankara untuk tidak menikah
dan melakukan perjalanan spirtualnya, namun sang ibu tetap menolak. Hingga sang
Rsi harus menjalankan perannya untuk berubah menjadi buaya dan berpura pura
menggigit kaki shankara ketika sahankara mandi di sungai dengan begitulah sang
ibu memberi ijin kepada shankara untuk tidak menikah dan melakukan perjalanan
spritualnya. sebelum melakukan tugasnya Rsi Agastya berkata pada temannya “ aku
malas jika hars melakukannya” sahabatnya menjawab “tapi kau harus tetap
melakukan peranmu”. Itulah takdir, tidak ada
keinginan pribadi, semua berjalan atas kehendak Tuhan. Takdirlah yang membuat terjadinya perang,
bahkan Narayana sendiri turun untuk mencegahnya, namun gagal. itulah takdir,
itulah kehendak Tuhan, itulah salah satu sifat Tuhan Yang Mahakuasa.
APAKAH MANUSIA ITU DI ATUR DENGAN TAKDIRNYA SENDIRI
BalasHapusDAN BAGAIMANA MANUSIA BISA MENGHINDARI TAKDIR
Kalau manusia di atur takdirnya lalu untuk apa kita berdoa
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJika cerita sudah di tetapkan knapa manusia yg harus menanggung karmanya, apakah tuhan sebercanda itu
BalasHapus